Bersyukur Dapat Merubah Hidup I : Jalan Menuju Syukur

Jalan Menuju Syukur
Oleh : Anshori Ramadhany
Setidaknya ada 61 ayat dalam Al-quran tentang bersyukur. Bersyukur, suatu kata yang sangat berbobot dan memberikan makna yang tidak terhingga. Saya yakin, Anda yang mau membaca tulisan ini  adalah orang-orang yang senantiasa istiqomah bersyukur. Namun bukan berarti kita tidak perlu meningkatkannya. Setinggi apa pun kita melakukan syukur , seharusnya kita masih tetap perlu meningkatkan rasa syukur kita.
Jika kita baru bersyukur saat memperoleh  nikmat berupa materi, ini adalah baru tahap awal menjadi hamba yang bersyukur. Setidaknya,dalam catatan saya, kita perlu mengenal dan mengetahui hal-hal penting  yang membawa kita untuk selalu bersyukur,antara lain  

Pertama : Selalu jeli dan peka terhadap berbagai nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Kepekaan ini bisa dimlilki bila seseorang mempunyai Iman yang senantiasa terpelihara. Bila kurang peka terhadap nikmat Allah maka akan mengurangi syukur kita, sebab kita merasa tidak ada yang perlu disyukuri lagi. Meningkatkan kepekaan bisa dilakukan dengan perenungan terhadap apa yang terjadi pada hidup kita sehari-hari. Luangkan waktu kita setiap hari untuk merenungkan nikmat Allah setiap harinya. 

Kedua: Jangan meremehkan mengecilkan  nikmat yang dikaruniakan Allah. Sebenarnya, kalau kita teliti lebih dalam ,tidak ada suatupun di dunia ini yang merupakan sesuatu yang kecil. Semuanya serba Luar biasa.  Uang 5 Rupiah saja seandainya tidak diberikan-Oleh Allah Swt ,tentu kita tidak akan  bisa memilikinya.  Suatu kali Nabi Daud Alaihissalam bertanya kepada Allah Yang Maha Mulia, " Tuhan...,bagaimana caraku untuk mensyukuri nikmat-Mu, karena nikmat-Mu demikian berlimpah dan berhak disyukuri ?" Allah SWT mendengar pertanyaan hamba-Nya yang mulia itu,kemudian Diapun menjawab :" Daud,jika kamu tahu dan sadar akan hal itu,maka kamu telah bersyukur kepada-Ku"

Ketiga : Jangan mengeluh. Semua jenis keluhan baik yang diutarakan dengan bercanda, maupun yang serius, adalah menunjukkan betapa  tipisnya atau bahkan tidak adanya rasa syukur.  Hal  ini tidak hanya mencakup keluhan pada kondisi perorangan saja, tetapi juga keluhan terhadap kondisi lingkungan, masyarakat dan negara. Misalnya: mengeluh tentang harga barang yang makin mahal, mengeluh tentang penghasilan yang kecil, mengeluh tentang negara yang makin kacau, tentang bencana, tentang apapun yang ada di sekitar kita. Mengeluh sangat berbahaya karena membuat orang lupa akan kondisi sebaliknya, yang pada akhiri akan menjadi kebiasaan dan karakter kita. Mengeluh dan mengeluh.

Keempat :  Jangan kikir. Kikir termasuk satu tanda tidak bersyukurnya seseorang. Orang yang kikir  merasa bahwa yang dia miliki masih kecil jumlahnya, sehingga tidak mau berbagi,dia khawatir, cemas, dan takut tidak akan mendapat lagi, sehingga harus menyimpan- untuk diri sendiri. Sungguh berbahaya, karena didalam sifat kikir tersimpan rasa tidak terima kasih pada Allah, serta rasa tidak percaya akan pertolongan dan kekuasaan Allah.

Kelima: Jangan Iri. Tidak pernah puas. Apapun yang dimiliki orang lain, ingin dia miliki juga, bahkan dengan penuh rasa persaingan. Orang yang iri tidak rela melihat orang lain maju melebihi dirinya. Inipun menunjukkan tidak adanya rasa syukur.

Keenam : Selalu menyadari,bahwa setiap saat senantiasa memperoleh nikmat baru. Satu detik waktu berlalu berarti kita mendapatkan nikmat hidup selama satu detik. Nafas kita, penglihatan kita, penciuman kita, detak jantung kita dan sebagainya yang tidak mungkin disebutkan disini. Merenungi pemberian Allah ini adalah sebuah KEBAHAGIAN. Sementara kalau kita selalu mengeluh dan mengeluh akan melahirkan sebuah keresahan , menghilangkan rasa hikmat dan kemantapan kita,melahirkan sebuah keragu-raguan.

Ketujuh : Melakukan silaturrahim terutama pada beberapa orang yang kita ketahui lebih buruk kondisinya dibandingkan kita. Cari, temui, amati kehidupan mereka. Kemudian lakukan sesuatu yang bisa membantu mereka,sedekah misalnya. Ini sebagai cermin betapa beruntungnya kita.
Kedelapan : Selalu memberi jawaban yang optimis,semangat dan penuh dengan rasa bahagia semua pertanyaan yang menanyakan kabar kita, baik itu kabar kondisi kesehatan, keluarga, keuangan , kehidupan kita dsb.   Jawab semua pertanyaan tentang kabar diri kita itu dengan kalimat-kalimat yang baik misalnya : "Alhamdulillah .. . Luar Biasa.. ( lalu sebutkan berita baiknya) ... Allah Maha Besar “ . Apapun itu berita baiknya, sekecil apapun berita baik yang ada pada kita . Jangan sekali-kali kita menjawab dengan jawaban pesimis,lesu dan lemas, "Ya, beginilah nasib saya tetap tetap saja.... " atau jawaban-jawaban lain yang senada. Intinya  janganlah sekali-kali mengecilkan apapun yang telah dikaruniakan Allah kepada kita.

Kesembilan : Piawai mengambil  hikmah dari setiap kejadian, baik kejadian pada diri kita sendiri maupun orang lain. Setiap saat selalu ada kejadian, berarti selalu ada hikmah yang bisa kita ambil. Sementara hikmah itu sendiri adalah suatu nikmat.

Kesepuluh : Selalu qona’ah. Menyikapi harta dengan sikap qana’ah (kepuasan dan kerelaan). Sikap qana’ah ini seharusnya dimiliki oleh orang yang kaya maupuan orang yang miskin adapun wujud qana’ah yaitu merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak tamak terhadap apa yang dimiliki orang lain, tidak iri melihat apa yang ada di tangan orang lain dan tidak rakus mencari harta benda dengan menghalalkan semua cara, sehingga dengan semua itu akan melahirkan rasa puas dengan apa yang sekedar dibutuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar